PajakOnline.com—Lembaga Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan stagnasi di angka 5% pada 2023 dan 2024. Proyeksi ekonomi Indonesia ini jauh lebih baik dibandingkan perkiraan IMF untuk global yang berada di kisaran angka 3% pada 2023 dan 2,9% tahun depan.
“Dalam pandangan proyeksi IMF, tingkat inflasi negara berkembang, termasuk Indonesia, bergerak lebih teregulasi,” kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, dikutip hari ini.
Menurutnya, komponen harga komoditas dalam perhitungan inflasi inti tidaklah terlalu besar, di saat dampak dari guncangan ketidakpastian global yang salah satunya datang dari kebijakan moneter Amerika Serikat (AS). Faktor tersebut memiliki dampak yang lebih terukur pada negara berkembang.
Di antara negara-negara maju, prospek pertumbuhan AS telah direvisi naik, dengan konsumsi dan investasi yang tangguh, sementara aktivitas kawasan Euro direvisi turun.
Banyak negara emerging market juga terbukti tangguh, kecuali Tiongkok, yang menghadapi tantangan yang semakin besar akibat krisis real estat dan melemahnya kepercayaan diri.
Untuk Indonesia, perkiraan ini tidak berubah dari laporan sebelumnya. Tetapi, IMF memprediksi tingkat inflasi di dalam negeri bisa mencapai 3,6% (year-on-year/yoy) pada akhir 2023. Namun, laju inflasi diyakini akan melandai 2,5% (yoy) pada tahun depan.
IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI didasarkan pada kebijakan pemerintah yang mempertahankan kebijakan fiskal yang netral, disertai dengan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang moderat, realisasi belanja negara, dan peningkatan belanja modal secara bertahap dalam jangka menengah.
“Sehingga saat ini dan ke depannya menunjukan ekonomi Indonesia masih solid sehingga resiliensi Indonesia masih terjaga di tengah ketidakpastian dan peningkatan risiko global,” katanya.(Wiasti Meurani)