PajakOnline | Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengungkapkan realisasi investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) hingga akhir Juli 2025 mencapai Rp294,4 triliun. Nominal tersebut diperoleh secara kumulatif, dengan tambahan investasi sebesar Rp40,48 triliun sepanjang semester pertama 2025.
Selain itu, KEK juga berhasil menyerap 28.094 tenaga kerja atau 56,4 persen dari target tahun ini. Dengan demikian, total penyerapan tenaga kerja sejak KEK berdiri kini mencapai 187.376 orang dengan melibatkan 442 pelaku usaha.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Tim Pelaksana Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Susiwijono Moegiarso menegaskan, pengembangan KEK tidak hanya ditujukan sebagai pusat investasi dan hilirisasi, tetapi juga sebagai instrumen strategis Indonesia untuk memperkuat daya saing global.
“Salah satu prioritas nasional kita adalah melanjutkan hilirisasi dan mengembangkan industri berbasis sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri. Sejalan dengan RPJMN tersebut, ke depan KEK akan terus kita kembangkan, salah satunya dengan mendorong ekspor sekaligus memperkuat substitusi impor,” katanya dalam konferensi pers, dikutip Jumat (11/9/25).
Menurut Susiwijono, capaian investasi ini tidak terlepas dari strategi hilirisasi yang dijalankan di sejumlah KEK. Di KEK Gresik, PT Freeport Indonesia telah meresmikan pabrik smelter terbesar di dunia. Fasilitas tersebut tidak hanya memperkuat industri tembaga nasional, tetapi juga mampu menghasilkan komoditas emas yang bernilai tinggi.
Sementara itu, KEK Kendal resmi menghadirkan pabrik anoda baterai dengan kapasitas produksi 80 ribu ton per tahun. Kapasitas ini setara untuk mendukung kebutuhan 1,5 juta mobil listrik (electric vehicle).
Di sektor kelapa sawit, KEK Sei Mangkei juga menunjukkan perkembangan signifikan dengan menarik investasi Rp6,5 triliun, serta mencatatkan nilai ekspor Rp2,7 triliun sepanjang 2024.
Tidak hanya di sektor industri, KEK juga merambah dunia pendidikan internasional. KEK Singhasari telah memulai perkuliahan di kampus King’s College London dengan target lima program studi dan 750 mahasiswa hingga 2030.
Selain itu, Queen Mary University of London dijadwalkan mulai beroperasi pada September 2026 dengan target 6.000 mahasiswa. Dengan dukungan kerja sama bersama Russell Group, diharapkan total 10 ribu mahasiswa akan menempuh pendidikan di kawasan tersebut.
Pada sektor ekonomi digital, KEK Nongsa berhasil menarik investasi Rp5,8 triliun dari perusahaan pusat data (data center) global. Lebih lanjut, melalui skema Two Countries Twin Parks (TCTP) Indonesia–Tiongkok, KEK Industropolis Batang direncanakan menyerap investasi sebesar 3,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp59,3 triliun.
Lebih lanjut, Susiwijono menjelaskan bahwa KEK Sanur menjadi contoh lain dari diversifikasi peran KEK. Kawasan ini menghadirkan layanan unggulan melalui Bali International Hospital (BIH) dan sejumlah klinik dengan realisasi investasi Rp4,42 triliun.
Dengan hadirnya fasilitas kesehatan kelas dunia di dalam negeri, pemerintah memproyeksikan akan terjadi penghematan devisa hingga Rp86 triliun dari biaya masyarakat yang sebelumnya berobat ke luar negeri.
Selain penguatan investasi dan hilirisasi, pemerintah juga mengarahkan pengembangan KEK untuk mendukung pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 serta visi Indonesia Emas 2045. Upaya ini termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), riset, dan inovasi teknologi.
KEK juga diposisikan sebagai simpul strategis nasional dan internasional dengan konektivitas yang terintegrasi, sekaligus menjadi sarana promosi investasi global. Harapannya, KEK Indonesia dapat memiliki branding kuat sebagai destinasi investasi unggulan dunia.
Dengan berbagai capaian tersebut, KEK diharapkan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya mengandalkan satu sektor, tetapi menghadirkan manfaat nyata bagi industri, pendidikan, kesehatan, dan tenaga kerja di Indonesia.