PajakOnline.com—Akumulasi depresiasi merupakan kumpulan dari beban penyusutan selama periode tahun pertama sampai dengan tahun selanjutnya hingga batas penyusutan ditentukan. Maka dari itu, nilai tercatat aset adalah selisih atas harga beli dengan akumulasi depresiasi.
Adapun contoh harta benda yang dihitung dalam akumulasi depresiasi aset adalah peralatan pabrik, gedung, peralatan kantor, kendaraan, dan lainnya. Perlu diketahui, akumulasi depresiasi hampir terjadi pada seluruh aktiva tetap, kecuali tanah.
Menurut Kementerian Keuangan (Kemenkeu), tanah dipersepsikan memiliki nilai yang selalu naik pada tiap periodenya sehingga tidak dapat mengalami penyusutan. Oleh karena itu, biasanya kebanyakan pebisnis lebih tertarik pada investasi tanah dibandingkan aktiva tetap lainnya.
Adapun karakteristik akumulasi depresiasi adalah sebagai berikut.
– Proses bertahap dan berkesinambungan atas berkurangnya nilai aset, baik terkait penggunaan maupun berakhirnya waktu pemakaian aset.
– Merupakan penurunan dari nilai aset tetap dengan sifat yang permanen dan dapat dikembalikan ke nilai aslinya setelah dikurangi.
– Perhitungannya digunakan hanya untuk aktiva tetap berwujud saja.
– Bukan merupakan tahapan penilaian aset, tetapi proses pengalokasian biaya aset untuk efektivitas masa penggunaanya.
– Dapat mengurangi nilai buku (nilai aset yang dinyatakan dalam pembukuan).
Faktor-faktor yang Memengaruhi Akumulasi Depresiasi
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh dalam perhitungan akumulasi depresiasi, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Harga Perolehan Aset
Salah satu faktor yang menentukan akumulasi depresiasi adalah harga perolehan aset, baik itu dalam kondisi baru maupun bekas. Namun sebelum menghitung besaran penyusutan aset, ketahui terlebih dahulu berapa harga aktiva saat belum dimiliki oleh perusahaan. Harga perolehan aset ini nantinya digunakan sebagai dasar depresiasi nilai aktiva pada tiap periode tertentu.
2. Umur Ekonomis
Anda juga perlu mempertimbangkan umur dari aktiva sampai nilai kegunaannya mencapai Rp0 atau diputuskan untuk dijual perusahaan. Umur ekonomis dari aktiva ini bisa bervariasi tergantung pada jenisnya, seperti berapa bulan atau tahun.
3. Nilai Residu
Hal lainnya yang berpengaruh dalam akumulasi depresiasi adalah nilai residu. Nilai residu merupakan nilai aktiva setelah dikurangi nominal depresiasi pada tiap periode tertentu. Nilai residu ini ialah nilai akhir aset setelah mengalami kerusakan atau penurunan kualitas sehingga nominalnya dapat mencapai Rp0 bila tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Kemudian, cara menghitung akumulasi depresiasi umumnya menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun. Adapun lebih jelasnya mengenai cara menghitung akumulasi depresiasi yakni sebagai berikut:
1. Metode Garis Lurus
Akumulasi depresiasi menggunakan metode garis lurus dapat dilakukan dengan menentukan estimasi nilai residu aktiva di akhir tahun pemakaian. Adapun rumus akumulasi depresiasi dengan metode garis lurus, yaitu:
Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) : Umur Ekonomis
2. Metode Saldo Menurun Ganda
Cara berikutnya untuk menghitung akumulasi depresiasi adalah dengan menggunakan metode saldo menurun ganda. Metode saldo menurun ganda biasanya lebih hati-hati dalam penentuan estimasi dibandingkan dengan garis lurus. Maka dari itu, nominal penyusutannya dinaikkan dua kali lipat. Adapun rumus akumulasi depresiasi menggunakan metode saldo menurun ganda, yakni:
Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset x (Persentase Depresiasi Ganda)
3. Metode Saldo Menurun Tunggal
Meskipun dihitung dengan langkah yang hati-hati, metode saldo menurun ganda bisa saja tidak sesuai ekspektasi perusahaan. Oleh karena itu, solusinya dapat mempertimbangkan metode saldo menurun tunggal. Rumus akumulasi depresiasi menggunakan metode saldo menurun tunggal, yakni:
Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset x (Persentase Penyusutan Tunggal)
Dapat dikatakan, perhitungan akumulasi depresiasi merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk melakukan monitoring maupun manajemen terhadap aset demi menjaga kesehatan finansial perusahaan. (Azzahra Choirrun Nissa)