PajakOnline.com—Laju pemulihan ekonomi Indonesia melampaui ekspektasi pasar. Di tengah dinamika perekonomian global, kinerja pemulihan terus berlanjut dan semakin menguat pada Triwulan II 2022 yang tumbuh hingga 5,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh kuat di tengah krisis dan ketidakpastian global, bahkan PDB riil Indonesia jauh lebih kuat dibandingkan rata-rata pre-pandemi.
Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Laporan APBN Kita Edisi Agustus 2022 yang disiarkan secara virtual. Berbagai indikator konsumsi melanjutkan tren penguatan, ditunjukkan oleh aktivitas masyarakat yang sudah kembali normal seiring dengan Covid-19 yang semakin terkendali. Google Mobility Indeks per 5 Agustus 2022 kembali naik di angka 20,9%.
Sejalan dengan hal tersebut, Indeks penjualan eceran Juli diperkirakan sebesar 204,9, relatif sama dengan bulan Juni mencapai 206,6. Secara tahunan tumbuh 8,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian Juni 4,1%. Kemudian Mandiri Spending Index mencapai 132,7 seiring dengan kuatnya konsumsi dan mobilitas masyarakat.
Selanjutnya, perkembangan indikator produksi mendukung penguatan ekonomi. Indeks PMI Manufaktur Indonesia Juli 2022 berada pada level 51,3, naik dibanding bulan lalu di 50,2 di tengah kontraksi dan pelemahan manufaktur di negara besar seperti Eropa dan AS.
Konsumsi listrik tumbuh positif, secara total tumbuh 11,7% (yoy), ditopang oleh konsumsi listrik untuk industri dan bisnis, menunjukkan masih kuatnya aktivitas dunia usaha. Selain itu, kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan terus membaik mendekati level prapandemi.
Inflasi Indonesia mengalami peningkatan, namun masih moderat. Tekanan akibat harga global sebagian diserap APBN sehingga transmisi ke domestik relatif terbatas. Selanjutnya, volatilitas global turut berdampak terhadap arus keluar dari emerging markets, termasuk Indonesia.
Namun dari segi kepemilikan, kepemilikan SBN masih didominasi oleh perbankan dan BI, sementara porsi kepemilikan asing turun secara bertahap sejak akhir 2019 (38,57%) ke angka 15,52% per 5 Agustus 2022, meskipun di awal Agustus mulai terjadi inflow. Kinerja pasar SBN terdampak volatilitas global. Meski tetap terjaga, perlu diwaspadai pengaruh normalisasi kebijakan moneter global pada peningkatan cost of fund.