PajakOnline.com—Prospek ekonomi domestik yang masih kuat ditunjukkan PMI Manufaktur Indonesia yang berada pada level ekspansif 19 bulan berturut-turut (Maret mencapai 51,9). Sejak awal 2023, PMI Manufaktur Indonesia meneruskan penguatan, antara lain didukung ekspektasi permintaan menjelang lebaran. Selain itu, penguatan dari sisi produksi juga ditunjukkan oleh pertumbuhan konsumsi listrik. Listrik untuk bisnis konsisten tumbuh tinggi, per Maret 12,4% (yoy), dan listrik industri turn around ke arah positif.
“Kalau dunia tadi masih mengalami banyak tantangan, Alhamdulillah perekonomian Indonesia dalam posisi yang relatif sangat baik. Dari sisi PMI yang telah saya sebut, Indonesia pada level 51,9 itu berarti ekspansif dan akseleratif atau menguat. Ini hal yang sangat positif. Konsumsi dari listrik juga mengonfirmasi hal ini. Konsumsi listrik untuk bisnis masih level-nya adalah stabil tinggi di pertumbuhan 12,4, Sedangkan untuk industri dalam hal ini meskipun mengalami kontraksi, namun dalam posisi yang relatif stabil. Kita berharap akan mengalami perbaikan,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi April 2023.
Sementara dari sisi konsumsi, penjualan mobil secara wholesale (yoy) di angka 2,6%, lebih tinggi dari rata-rata di tahun 2019. Begitu pula penjualan motor yang juga di atas rata-rata tahun 2019, bahkan mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi (40,5%). Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sangat kuat di angka 123,3. Hal ini didukung oleh inflasi yang terkendali dan daya beli masyarakat yang secara bertahap membaik. Indeks penjualan ritel juga mencatat kenaikan yang tajam, yaitu sebesar 4,8% (yoy), sehubungan dengan momen Ramadhan dan menjelang Lebaran. Pemerintah optimis pada bulan April akan tetap terjaga dengan baik dan memberikan kontribusi bagi momentum pemulihan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tinggi.
Selanjutnya, tingkat inflasi domestik per Maret melambat, terutama dari inflasi volatile food yang mengalami penurunan, serta inflasi inti yang juga menurun. Pengendalian inflasi pangan terus diperkuat untuk menjaga stabilitas harga terutama di masa Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Inflasi yang terkendali menjadi hal positif dan membantu meningkatkan daya beli masyarakat Sementara inflasi di negara lain masih cukup tinggi, bahkan Argentina mencapai 104,3% dan Turki mencapai 50,5%.
Dari sisi eksternal, kinerja Neraca Perdagangan (NP) masih melanjutkan suprlus, memasuki bulan ke-35. NP Maret 2023 surplus sebesar USD2,91 M, dengan ekspor USD23,62 M dan impor USD20,52 M. Namun demikian, akibat pelemahan ekonomi global, ekspor dan impor juga mengalami kontraksi, masing-masing menurun sebesar 11,3% (yoy) dan 6,2% (yoy). Di lain sisi, Indonesia juga mengalami peningkatan dari kunjungan Wisman, naik 567,3% (yoy).
Outlook pertumbuhan ekonomi domestik 2023 relatif stabil, didorong oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi. Bahkan IMF merevisi ke atas outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,0% (yoy) dari sebelumnya 4,8% (yoy). Meski demikian, ketidakpastian global masih harus tetap diwaspadai.
Di pasar keuangan, persepsi terhadap kinerja Indonesia tetap membaik. Nilai tukar Rupiah tetap melanjutkan tren apresiasi sejak awal tahun 2023 (menguat 5,6% ytd), sedangkan indeks USD kembali menunjukkan adanya tekanan. Tren positif pasar saham dan SBN juga tetap terjaga, dengan arus masuk (inflow) yang semakin kuat. Selain itu, likuiditas domestik yang cukup ample, juga mampu mendorong tren penyempitan spread LCY (local currency yield). Dibanding beberapa negara EM, posisi yield Indonesia relatif moderat. Hal ini menggambarkan kinerja pasar SBN yang baik, yang ditopang oleh kinerja APBN dan perekonomian yang membaik.