PajakOnline.com—Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, negara-negara G20 mengkhawatirkan kompleksitas tantangan ekonomi global termasuk goncangan yang akan dihadapi bersama hingga 2024. Perekonomian global menghadapi tantangan yang kompleks, mulai dari inflasi yang tinggi dan risiko krisis utang hingga resesi yang mengarah ke resesi.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 bertemu minggu lalu di Washington DC, AS untuk keempat kalinya tahun ini. Selama konferensi, tercatat bahwa pembuat kebijakan dikonsultasikan untuk mengembangkan strategi yang dapat mengatasi tiga masalah utama yaitu, inflasi tinggi, risiko resesi, dan tekanan pada sistem keuangan.
Sri Mulyani mengatakan, banyak pembuat kebijakan di seluruh dunia senang dengan pergerakan inflasi. Tekanan dari harga yang lebih tinggi, yang awalnya terlihat sementara, menjadi bertahan lebih lama. Situasi ini mendorong respons kebijakan moneter di banyak negara, bahkan secara agresif menaikkan suku bunga.
Kenaikan suku bunga yang lebih tinggi tentu akan merugikan perekonomian. Jadi menurut Sri Mulyani situasi saat ini sangat pelik. Perlambatan ekonomi yang berujung pada resesi diimbangi dengan inflasi yang masih tinggi. Situasi ini kemudian memunculkan kekhawatiran baru munculnya stagflasi, yaitu inflasi yang tinggi dan pertumbuhan yang stagnan.
Kebijakan moneter yang ketat juga menyebabkan biaya utang yang lebih tinggi. Memang, banyak negara menghadapi tantangan utang yang tinggi dengan biaya bunga utang yang tinggi. Situasi ini menyebabkan peningkatan risiko kegagalan, juga disebut default. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), lebih dari separuh negara miskin berisiko gagal bayar dan sudah berisiko tinggi.
Prospek ekonomi global semakin pesimis seiring dengan melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan. Menurut laporan IMF terbaru, AS diperkirakan hanya tumbuh 1% tahun ini, Eropa hanya 0,5% dan China 4,4%.
Namun, di dalam negeri, Menkeu Sri Mulyani tetap optimistis. Dia mengecam berbagai perkiraan badan internasional seperti IMF, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB) ke jajak pendapat Bloomberg yang menunjukkan bahwa Indonesia masih bisa tumbuh di atas 5%. Empat lembaga juga memperkirakan ekonomi Indonesia bisa tumbuh sekitar 5% tahun depan.
Meskipun harga BBM lebih tinggi pada awal bulan lalu, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap stabil untuk sisa tahun ini, dan tekanan pada kinerja ekspor juga akan sangat kuat, mendukung pertumbuhan ekonomi. Manufaktur juga terus berkembang, mencerminkan PMI manufaktur akan mencapai level tertinggi selama delapan bulan.