PajakOnline.com—Ekonomi Indonesia cukup resilient didukung kuatnya berbagai indikator pendorong pertumbuhan. Indeks Keyakinan Konsumen bulan November masih tinggi, yaitu di angka 119,1, menunjukkan optimisme yang cukup kuat dalam momentum pemulihan ekonomi Indonesia.
Mandiri Spending Index juga menunjukkan tren peningkatan di bulan November (130,8), sejalan dengan peningkatan belanja konsumsi masyarakat yang semakin meningkat. Selanjutnya, Indeks penjualan ritel tetap tumbuh positif sebesar 1,6% (yoy), mencerminkan masih kuatnya daya beli masyarakat, meski perlu diwaspadai karena dalam tren perlambatan. Selanjutnya, pertumbuhan konsumsi listrik pada aktivitas bisnis terus dalam level ekspansif, namun pelemahan terjadi pada aktivitas manufaktur.
“Kita lihat dari Indeks Keyakinan Konsumen di 119,1 dan ini menjelang akhir tahun biasanya secara musiman juga akan mengalami penguatan. Mandiri Spending Index ini adalah konsumsi yang menggunakan instrumen seperti credit card juga menunjukkan suatu tren kenaikan hingga November. Kita harapkan akan tetap momentumnya terjaga sampai akhir tahun, di mana aktivitas menjelang akhir tahun maupun adanya libur nanti, natalan dan tahun baru, pasti akan meningkatkan juga aktivitas dari spending,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN Kita Edisi Desember 2022 secara virtual, dikutip hari ini.
Dari sektor eksternal, tren surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut hingga memasuki bulan ke-31, di mana secara kumulatif periode Januari-November 2022 mencatatkan surplus USD50,59 miliar. Kinerja ekspor Indonesia pada bulan November 2022 tercatat USD24,12 miliar, meningkat 5,6% (yoy) didorong pertumbuhan ekspor non-migas terutama komoditas sawit dan tambang. Sementara itu, kinerja impor bulan November 2022 tercatat USD18,96 miliar, menurun 1,9% (yoy) dipengaruhi penurunan impor migas dan non-migas.
Selanjutnya, volatilitas pasar keuangan menurun di tengah pengetatan moneter AS yang mulai mereda. Sejalan dengan hal tersebut, tekanan pada pasar obligasi Emerging Markets juga mereda, di mana pasar obligasi Indonesia melanjutkan inflow sejak bulan November 2022. Namun demikian, pelaku pasar tetap antisipatif terhadap perkembangan suku bunga The Fed yang mempengaruhi cost of fund. Selain itu, potensi berlanjutnya pengetatan suku bunga di negara maju cukup besar seiring masih tingginya tingkat negative real interest rate juga perlu diwaspadai.