PajakOnline.com—Kinerja PNBP sampai dengan akhir September 2022 mencapai Rp431,5 triliun (89,6% dari Pagu). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, realisasi PNBP tumbuh 34,4% (yoy) yang terutama didorong dari Pendapatan SDA, KND, dan PNBP Lainnya.
Realisasi PNBP SDA migas tumbuh 76,8% (yoy), terutama didorong kenaikan rata-rata ICP selama delapan bulan terakhir. Selanjutnya, realisasi PNBP SDA non-migas tumbuh 100,7% (yoy), terutama disebabkan kenaikan pendapatan pertambangan minerba.
Realisasi PNBP dari KND tumbuh 37,6%, terutama berasal dari dividen BUMN Perbankan yang tumbuh 80,9%. Realisasi PNBP lainnya tumbuh 41,1%, didorong Pendapatan Penjualan Hasil Tambang. Sementara itu, realisasi PNBP dari BLU terkontraksi 27,2% akibat turunnya Pendapatan Pengelolaan Dana Perkebunan Kepala Sawit.
Realisasi APBN sampai akhir September 2022 mencatat surplus 0,33% terhadap PDB atau Rp60,9 triliun. Realisasi pembiayaan utang hingga September 2022 mencapai Rp478,9 triliun atau 50,7 persen dari target yang ditetapkan.
Capaian ini jauh lebih rendah, atau turun 26,0 persen (yoy) dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Di tahun 2022, Pemerintah melanjutkan implementasi SKB I dan III, sekaligus sebagai tahun terakhir pelaksanaan SKB. Hingga 18 Oktober 2022, SKB I (BI sebagai standby buyer) telah tercapai sebesar Rp41,5 triliun, sementara realisasi SKB III mencapai Rp95,4 triliun.
Pembiayaan APBN tetap mengedepankan prinsip prudent, fleksibel, dan oportunistik di tengah kondisi pasar keuangan yang volatile. Indonesia masih tetap resilien didukung kinerja APBN yang baik dan langkah antisipatif pengadaan utang antara lain:
(i) penyesuaian target penerbitan utang tunai;
(ii) penerbitan SBN Valas menyesuaikan kondisi market yang volatile dan kondisi kas yang masih cukup ample;
(iii) optimalisasi SBN domestik melalui SKB III;
(iv) penerbitan SBN Ritel sebagai upaya perluasan basis investor domestik; dan
(v) fleksibilitas Pinjaman Program.
Prospek perekonomian global terus menurun akibat eskalasi risiko global seperti lonjakan inflasi, volatilitas harga komoditas, isu geopolitik, serta potensi resesi. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat, didukung konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor.
“Kita menggunakan APBN untuk memberikan bekal atau untuk mengumpulkan bekal di dalam rangka kita untuk mengakumulasi daya tahan, supaya kita bisa masuk gejolak dunia yang memang akan sangat tidak pasti di tahun 2023 ini. Kewaspadaan akan kita terus tingkatkan tanpa menghilangkan optimisme kita untuk tetap menjaga pemulihan ekonomi yang memang terlihat cukup baik,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers APBN Kita Edisi Oktober 2022.
Secara keseluruhan kinerja APBN cukup baik dan masih mencatatkan surplus ditopang kinerja fiskal secara holistik, baik dari pendapatan yang tumbuh kuat maupun optimalisasi belanja yang tetap terjaga. Dengan dukungan kinerja APBN yang baik tersebut, defisit dapat ditekan sehingga pembiayaan utang juga dapat dikurangi. Namun demikian, potensi risiko tetap perlu diwaspadai serta dimitigasi untuk menjaga peran APBN sebagai shock absorber agar tetap sehat dan kokoh dalam menghadapi ancaman dan risiko global yang berkepanjangan.