PajakOnline.com—Credit crunch merupakan suatu kondisi yang cukup merugikan bagi lembaga keuangan. Karena, perusahaan atau bank tidak bisa memperoleh pinjaman karena terjadi penurunan arus kas.
Credit crunch ini mengacu pada penurunan aktivitas pemberian pinjaman oleh lembaga keuangan akibat adanya kekurangan dana secara tiba-tiba.
Umumnya kondisi ini terjadi selama masa resesi, sehingga hampir tidak mungkin bagi perusahaan untuk meminjam, karena bank mengantisipasi terjadinya kebangkrutan atau wanprestasi, yang mengakibatkan kenaikan suku bunga.
Penyebab kondisi ini dapat bervariasi, namun beberapa faktor umum yang dapat menyebabkannya antara lain adalah:
1. Kekurangan Dana
Salah satu penyebab utama credit crunch adalah kekurangan dana di pasar keuangan. Ketika ada ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan dana, pemberi pinjaman menjadi lebih selektif dalam memberikan kredit. Kekurangan dana dapat terjadi akibat resesi ekonomi, penarikan besar-besaran oleh investor, atau kegagalan lembaga keuangan.
2. Resesi Perdagangan
Ketika terjadi resesi ekonomi atau penurunan aktivitas perdagangan, bisnis atau konsumen cenderung mengurangi pengeluaran dan permintaan kredit. Hal ini dapat menyebabkan pemberi pinjaman menjadi lebih hati-hati dalam memberikan kredit.
3. Pemberi Pinjaman Terlalu Lunak dalam Menawarkan Kredit
Sebaliknya, jika pemberi pinjaman terlalu agresif dalam menawarkan kredit tanpa mempertimbangkan risiko yang memadai, maka dapat menyebabkan risiko terjadinya krisis. Pasalnya, terlalu banyak pemberian kredit tanpa pertimbangan matang dapat mengakibatkan penumpukan utang yang tidak dapat dipenuhi oleh peminjam.
Dampak Credit Crunch
Dampak kondisi penurunan pinjaman bank ini dapat dirasakan dalam berbagai aspek perekonomian, antara lain yaitu:
1. Resesi Berkepanjangan
Penurunan pinjaman bank dapat memperburuk resesi ekonomi yang sudah ada atau memicu resesi baru. Dikarenakan likuiditas terbatas dan kredit sulit didapatkan, konsumen atau bisnis mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan serta melakukan investasi.
Sehingga, hal ini berpotensi memicu penurunan pertumbuhan ekonomi yang berkepanjangan.
2. Pemulihan Ekonomi Perusahaan Lebih Lambat
Kemudian, perusahaan juga dapat terdampak oleh credit crunch karena kesulitan mendapatkan dana untuk modal usaha, investasi, dan ekspansi. Akibatnya, pemulihan ekonomi perusahaan menjadi lebih lambat.
3. Pengetatan Standar Kredit
Selama masa penurunan pinjaman, bank atau lembaga keuangan lainnya cenderung lebih selektif dan mengetatkan standar kredit mereka. Hal ini tentunya akan mempersulit individu dan perusahaan mendapatkan akses pinjaman untuk membiayai kegiatan bisnis, investasi, atau kebutuhan pribadi.
4. Suku Bunga Kredit Naik
Ketika terjadi credit crunch, suku bunga kredit cenderung naik, karena pemberi pinjaman ingin mengimbangi risiko yang lebih tinggi dalam memberikan kredit. Akibatnya, pinjaman menjadi lebih mahal dan membebani individu atau perusahaan yang bergantung pada kredit untuk pembiayaan.
5. Bisnis Sulit Tumbuh dan Berkembang
Terakhir, credit crunch dapat membuat bisnis sulit untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa akses yang memadai ke kredit, perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam membiayai inventaris, pembelian peralatan, atau ekspansi ke pasar baru.
Selanjutnya untuk mencegah kekurangan dana dan mengatasi dampak credit crunch, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh perusahaan, di antaranya yaitu:
1. Melakukan Pembukuan Keuangan
Penting untuk memiliki sistem pembukuan keuangan yang baik dan teratur. Dengan mencatat setiap transaksi secara akurat, perusahaan dapat memantau kesehatan keuangan, serta melacak arus kas masuk dan keluar.
2. Memisahkan Dana Pribadi dan Perusahaan
Agar keuangan tetap teratur atau terkendali, penting untuk memisahkan dana pribadi dan perusahaan. Cara yang bisa dilakukan, dengan menggunakan rekening bank terpisah untuk keuangan pribadi dan bisnis, serta hindari mencampuradukkan keduanya.
3. Membuat Rencana Keuangan Bisnis
Selanjutnya, buatlah rencana keuangan yang komprehensif untuk bisnis. Salah satunya ialah proyeksi pendapatan dan pengeluaran, tujuan finansial jangka pendek atau panjang, serta strategi pengelolaan risiko keuangan.
4. Meningkatkan Efektivitas Perputaran Kas
Agar perputaran kas efektif cobalah untuk mengelola persediaan dengan baik, mengontrol biaya operasional, dan mengurangi utang yang tidak perlu.
5. Mengontrol Aset, Utang, dan Kondisi Modal
Berikutnya, lakukan pemeriksaan berkala terhadap aset, utang, dan kondisi modal perusahaan. Pastikan bahwa aset tercatat secara akurat, utang terkelola dengan baik, dan kondisi modal perusahaan sehat.
Jdi dapat disimpulkan jika credit crunch adalah kondisi yang harus dihindari setiap perusahaan. Sebab, perusahaan atau seorang individu bisa saja membutuhkan pinjaman secara tiba-tiba, sehingga apabila mengalami kesulitan ekonomi, maka mereka berisiko terdampak krisis keuangan. (Azzahra Choirrun NIssa)