PajakOnline | Perang antara Rusia dan Ukraina, Israel dan Palestina masih berkecamuk. Kini, India dan Pakistan berperang. Konflik geopolitik semakin memanas di tengah ketidakpastian perekonomian global yang muram. India resmi menyerang Pakistan hari ini Rabu (7/5/2025) dini hari melalui serangan udara, menewaskan 36 orang, yang 26 di antaranya adalah warga sipil.
Hal tersebut disampaikan juru bicara militer Pakistan dalam pernyataannya dilansir AFP. Serangan India ini merupakan respons balasan terhadap penembakan mematikan terhadap wisatawan di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada April 2025 lalu.
Pemerintah India mengklaim serangan tersebut merupakan operasi presisi terhadap sembilan lokasi yang disebut mereka sebagai kamp-kamp kelompok bersenjata di wilayah Kashmir Pakistan.
“Pembalasan telah dimulai. Kami tidak akan butuh waktu lama untuk menuntaskan masalah,” kata Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Muhammad Asif, dalam wawancara dengan AFP.
Dia menyatakan, Perdana Menteri India, Narendra Modi, melancarkan serangan ini dengan tujuan untuk meningkatkan popularitas politiknya di dalam negeri. Serangan balasan Pakistan Militer Pakistan melaporkan bahwa serangan India menargetkan lima lokasi berbeda, termasuk tiga di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan, serta dua lainnya di Bahawalpur dan Muridke, wilayah padat penduduk di Provinsi Punjab.
Ledakan besar terdengar setelah serangan, menurut koresponden AFP di Kashmir dan Punjab, wilayah di bawah kendali Pakistan. Tak lama setelah itu, India menuduh Pakistan melakukan serangan artileri lintas batas di sepanjang Garis Kontrol (LoC), yang merupakan perbatasan de facto di Kashmir.
Ledakan tersebut juga terdengar oleh koresponden AFP yang berada di lokasi. Ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara ini mengingatkan konflik panjang yang sudah berlangsung antara India dan Pakistan.
Sejak kedua negara merdeka dari Inggris pada 1947, mereka terlibat beberapa peperangan yang memperburuk hubungan bilateral.
Serangan ini berawal dari insiden 22 April di Pahalgam, kawasan wisata terkenal di Kashmir yang dikuasai India, ketika 26 orang—mayoritas wisatawan pria—tewas ditembak oleh sekelompok orang bersenjata.
Pemerintah India menuding kelompok militan Lashkar-e-Taiba, yang berbasis di Pakistan, sebagai pelaku serangan tersebut. Lashkar-e-Taiba sendiri telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Namun, hingga kini belum ada pihak yang secara resmi mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pakistan membantah tuduhan , meski pertempuran bersenjata lintas batas terus terjadi setiap malam sejak 24 April.
Militer India juga melaporkan bahwa Pakistan telah melakukan dua kali uji coba rudal sejak ketegangan memuncak. Dengan meningkatnya ketegangan, masyarakat internasional pun mulai mendorong agar kedua negara segera menahan diri dan meredakan konflik.
Ancaman Perang Nuklir, Hentikan Perang
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stephane Dujarric, menegaskan bahwa dunia tidak mampu menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan. Diketahui, dua negara bertikai tersebut memiliki persenjataan nuklir.
Ia juga menyampaikan seruan dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres agar kedua negara menahan diri semaksimal mungkin.
Kekuatan militer India dan Pakistan masuk dalam 15 besar terbaik di dunia. India ada di peringkat 4 sementara Pakistan di urutan 12. Rangking mereka di atas Indonesia yakni 13.
Selain itu, yang amat berbahaya, India dan Pakistan memiliki senjata nuklir. Menurut Arms Control Center, India menjadi negara berkekuatan nuklir pada tahun 1974, dan Pakistan menjadi negara berkekuatan nuklir pada tahun 1998.
Tidak ada satu pun negara yang menggunakan senjata nuklir dalam konflik, tetapi banyak ahli khawatir bahwa krisis yang sedang berlangsung dapat meningkat melampaui penggunaan senjata konvensional.
India memiliki sekitar 164 hulu ledak nuklir, dan memiliki kemampuan nuklir berbasis darat, laut, dan udara. Negara tersebut telah mendeklarasikan kebijakan “No First Use”, yang berarti mereka telah bersumpah untuk tidak pernah menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu dalam suatu konflik. Namun, pada Agustus 2019, India mengatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan kembali kebijakan ini.
Sementara itu, Pakistan memiliki sekitar 170 hulu ledak nuklir. Jumlah ini melebihi proyeksi yang dibuat oleh Badan Intelijen Pertahanan AS pada tahun 1999 bahwa Pakistan akan memiliki 60-80 hulu ledak pada tahun 2020. Jika tren pertumbuhan saat ini berlanjut, persenjataan Pakistan dapat tumbuh menjadi 220 hingga 250 hulu ledak pada tahun 2025. Pakistan menyimpan hulu ledak nuklirnya secara terpisah dari rudalnya dan hanya akan merakit satu jika akan digunakan.
Tidak seperti India, Pakistan belum mendeklarasikan kebijakan No First Use.
Arms Control Center menyebutkan prediksinya, jika senjata nuklir mereka digunakan, maka peperangan tersebut dapat membunuh 20 juta orang dalam seminggu, dampaknya hampir 2 miliar orang di negara berkembang akan berisiko mati karena kelaparan. Oleh karena itu, perang India dan Pakistan harus segera dihentikan.