PajakOnline.com—Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan penerimaan pajak di bulan Juli 2020 mulai mandek, tidak menunjukan pergerakan. Presiden menyebutkan, hal ini disebabkan oleh mentoknya konsumsi masyarakat.
“Penerimaan pajak di bulan Juli mulai stuck lagi. Ini menunjukkan daya beli masyarakat sudah mentok lagi,” kata Presiden Jokowi saat membuka rapat terbatas di Istana Merdeka, pada Senin (24/8/2020), belum lama ini.
Presiden Jokowi mengungkapkan, penyebabnya antara lain karena kegiatan ekonomi masih belum dibuka sepenuhnya. “Karena terkendala, misalnya restoran hanya buka 50%. Kemudian tempat wisata, okupansi hotel juga belum bisa tinggi,” katanya.
Presiden Jokowi menegaskan harus dicari cara atau solusi lain untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi di kuartal III ini.
Jokowi mengatakan, kuncinya adalah investasi. Sebab, Indonesia belum bisa memaksimalkan ekspor karena pasar internasional yang belum normal di tengah pandemi Covid-19.
“Saya kira tidak apa-apa. Tapi harus ada jurus lain yang bisa kita lakukan yaitu dengan meningkatkan investasi agar kuartal III bisa mengungkit. Saya kira kuncinya di investasi,” kata Presiden Jokowi.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Bank Infaq, Rezza Artha mengungkapkan, warga masyarakat dapat berperan menyelamatkan ekonomi negara dan bangsa dengan cara sederhana.
“Walau kecil jika digabungkan dengan kekuatan 260 juta rakyat maka jelas akan menjadi kekuatan yang dahsyat bukan? Mari kita wujudkan!” kata Ketua Umum Bank Infaq ini.
Bagaimana caranya?
Pertama, Genjot Konsumsi!
Menurut Rezza, konsumsi masyarakat sangatlah penting bagi Indonesia karena penduduknya yang besar.
“Ayo jangan segan segan berbelanja. Yang punya dana cash, belanjakan. Ngapain disimpan, tak akan membuat Anda tambah kaya, yang ada ekonomi terpuruk, uang andapun turun nilainya. Yang punya fasilitas bank, cairkan, belanjakan. Ingat yang bikin ekonomi nyungsep salah satunya ketakutan siapapun anda untuk belanja. Semakin takut belanja semakin nyungsep, hidup kita semakin susah seperti bola salju menggulung,” kata Rezza, bankir bank syariah.
Kedua, Genjot Investasi.
“Investasi ini bisa dari mana mana asalnya. Baik pemerintah, BUMN, BUMD sampai swasta. Maka siapapun Anda ayo dorong investasi, apalagi jika dirasa ini timing yang tepat dan harga masuknya pas murah. Sikat jangan lama lama keburu ekonomi runtuh malah semua gigit jari. Makin agresif siapapun anda untuk invest, ekonomi akan semakin baik. Let’s Invest!” ajak Rezza.
Ketiga, Genjot Belanja Negara.
“Jika Anda pejabat pemerintah, ayo habiskan segera anggaran Anda (sesuai aturan ya agar tidak terjerat hukum tentunya). Belanja pemerintah saat ini bisa dikatakan andalan kedua setelah konsumsi. Karena sumber pendanaan pemerintah saat ini dirasa cukup solid. Walaupun harus utang sana sini, gasss aja teruss dulu, tak ada jalan lain, nanti kan akan berimbas positif terhadap pajak. Yang jelas semakin banyak belanja pemerintah maka ekonomi semakin selamat.
Keempat, Genjot Ekspor.
“Tak mudah memang di tengah ekonomi negara negara tujuan ekspor yang juga melemah, tapi tak ada salahnya jika Anda eksporteer handal, terus berjuang mencari destinasi baru dan genjot segala peluang yang ada.
Jika Anda TKI, maka kirimkan uang Anda ke kampung halaman agar dibelanjakan. Remitansi uang asing ke dalam negeri berkontribusi positif terhadap ekonomi bangsa. Jangan dihabiskan untuk belanja di negara di mana Anda bekerja. Secukupnya saja, sisanya kirim ke kampung halaman, jadikan asset atau belanjakan apapun yang dirasa bisa.
Jika Anda penyelenggara wisata dalam negeri yang melayani asing, jika masih ada peluang silahkan digenjot. Jika tidak bisa ya sudah, sabar dulu.
Kelima, TEKAN Impor.
Impor adalah faktor negatif terhadap GDP. Maka itu dari sisi konsumen cintailah produk produk Indonesia. Dengan demikian akan menekan impor sehingga faktor negatifnya akan berkurang.
“Dari sisi wisata, tahan dulu lah wisata ke luar negeri, ini melemahkan ekonomi bangsa. “Be Patriotik” dikit kali ini. Coba kunjungi destinasi dalam negeri saya yakin pasti banyak yang belum anda kunjungi, nah ini saatnya bukan? Kenapa tidak jika itu menjadikan ekonomi kita makin kuat,” tutup Rezza.