PajakOnline.com—Segala sesuatu yang menyenangkan membuat kehidupan ini lebih menarik dan asyik. Obrolan yang menyenangkan, di antaranya soal sepeda. Tapi, bukan pajak sepeda yang sempat bikin heboh itu. Melainkan gowes sepeda sebagai cara untuk refreshing, interval atau jeda dari rutinitas kerja dan kesibukan Arfan, Ak., M.B.A., Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Timur.
“Main sepeda perpaduan lari, jalan kaki, dan berenang. Semuanya bergerak, termasuk sensor motorik, refleks, dan badan kita. Ini yang saya rasakan,” kata alumni Master of Business Administration dari Saint Mary’s Halifax, Kanada ini bersemangat saat berbincang hangat bersama redaksi PajakOnline.com di kantornya di kawasan Pulo Mas, belum lama ini.

Gara-gara badan pernah kaku dan sakit kebanyakan duduk, memeriksa dan menandatangani berkas, Arfan bertekad giat berolahraga. Awalnya, dia suka olahraga lari dan jalan kaki. Kemudian, lebih senang main sepeda bersama teman-teman. Dari sepeda gunung, jenis MTB (mountain bike), sepeda lipat (folding bike), sampai memodifikasi sepeda. “Sekarang sedang proses pengecatan sepeda yang saya bangun. Kalau sudah jadi silakan lihat sepeda saya,” kata Arfan berbinar.
Ada kepuasan batin bisa membangun sepeda dari nol, kata Arfan, ada unsur kreativitas dalam menentukan desain, bisa memilih part-part sepedanya, memilih dan menentukan sendiri ukuran ban, velg, posisi stang, dan lainnya. Mengasyikan punya sepeda yang customized.
Bersepeda identik dengan jalan-jalan. Menikmati perjalanan dan pemandangan. Pada dasarnya Arfan memang suka jalan-jalan. “Saya tidak pernah menolak perjalanan dinas, apalagi kalau ditugaskan ke Jepang,” kata Arfan.

Arfan senang Jepang karena sarat budaya. Warga masyarakat Jepang juga memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Selain itu, kejujurannya. Arfan membuktikan soal yang satu ini.
“Saya pernah punya pengalaman ketinggalan tas plastik berisi paspor di dalam taksi. Waktu itu, sedang short course. Wah panik. Saya menghubungi beberapa orang yang dapat membantu menemukan taksi yang saya tumpangi. Gak seberapa lama, malah supir taksi yang datang mengembalikan tas yang ketinggalan ke tempat pemesanan taksi. Paspor saya ketemu diantar supir taksi itu. Luar biasa,” kata Arfan, kelahiran 26 Mei 1961.
Soal sepeda ini, Arfan memilih sepeda yang kuat dan awet. Yang penting frame nya kokoh. “Waktu main MTB saya punya road bike merek specialized yang original, karena memang kuat,” kata Arfan. Brand sepeda specialized terkenal karena dipakai team Amerika dalam Tour de France, dan Tour Down Under (TDU) di Adelaide, Australia pada Januari 2020 lalu.
Dari main sepeda jenis MTB, Arfan melirik sepeda lipat (seli). “Seli ini portable, karena bisa dilipat dan enak dibawa ke mana-mana. Gampang dibawa masuk ke dalam mobil. Di daerah tujuan untuk sepedahan bisa langsung dikendarai,” kata Arfan. Seli yang terkenal dan awet mereknya adalah Brompton. Kebetulan, Arfan bisa dapat sepeda lipat Brompton yang limited edition, frame nya berwarna Gold.

“Saya peroleh dari seorang teman bernama Yamada yang tinggal di Jepang. Dari 1.000 produk Brompton buatan Inggris ini, ternyata distribusinya banyak beredar di Jepang. Mungkin karena banyak warga Jepang yang menjadi cyclist (pesepeda) atau senang naik sepeda,” kata Arfan.
Bersepeda, kata Arfan, menjadi bagian dari lifestyle atau gaya hidup. Ada kesenangan, kebanggaan, dan kecintaan di dalamnya. Arfan menginginkan, pajak bisa menjadi bagian dari lifestyle semacam itu.
“Menuju ke arah sana adalah upaya kita bersama, dengan desain tax behaviour kita dapat menjadikan pajak melekat kuat sebagai bagian dari gaya hidup,” kata Arfan.
Bagaimana cara Anda mewujudkan pajak menjadi gaya hidup?
Kita perlu memanfaatkan kecanggihan teknologi sesuai perkembangan zaman. Penerapan teknologi aplikasi perpajakan, otomatisasi yang canggih, membuat para wajib pajak akan semakin mudah mengakses, membayar, dan mendapatkan layanan perpajakan.
The real situation di kantor ini, saya sudah adopt sistem antrean online dalam pelayanan pajak. Karena kita harus disiplin dengan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Wajib pajak yang bisa dilayani secara online, kami lakukan pelayanannya secara online.
Misalnya membuat NPWP, juga lapor SPT sudah dapat dilakukan secara online, dan lainnya. Ke depan sistem teknologi informasi yang terintegrasi dalam Big Data, akan membuat sistem perpajakan kita makin canggih, baik dari segi keamanan data, maupun kenyamanan bagi para wajib pajak untuk lapor dan membayar pajak.
Arfan pernah mengusulkan kantor pajak di masa depan dengan virtual office. “Karena petugas pajak lebih banyak mobilitasnya berada di lapangan atau luar kantor. Dengan teknologi canggih bisa begitu. Yang stay di kantor mungkin hanya bagian riset, data, command center, dan administrasi,” kata Arfan, inisiator Hari Pajak yang diperingati setiap tanggal 14 Juli ini.
Apa saja upaya yang Anda lakukan untuk meningkatkan kepatuhan dan mencapai target perpajakan?
Kami mencermati tidak semua bisnis mengalami slow down saat pandemi seperti ini. Ada juga bisnis yang booming, misalnya pabrik pembuat hand sanitizer, produsen APD, masker atau alat kesehatan. Tapi, ada juga bisnis yang terjun bebas, merugi, misalnya otomotif, dealer besar kendaraan yang biasanya bisa jualan 10.000 unit sebulan, hanya bisa 900 unit kendaraan saja per bulan. Jelas sangat berpengaruh pada penerimaan pajak kantor kami.

Oleh karena itu, mencermati situasi dan kondisi di tengah pandemi ini kami melakukan prognosa, sehingga tepat dalam mengambil kebijakan dan tindakan. Intensifikasi dan ekstensifikasi tetap kami jalankan. Namun, kami sesuaikan dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Disamping itu, kami juga mengumpulkan para stakeholders, wajib pajak, membangun hubungan yang baik, bagi yang taat dan bangga bayar pajak kami berikan mereka apresiasi.
Kami pernah mengundang para artis, selebritis, public figure yang memiliki banyak pengikut (followers) dalam acara Afternoon Tea ke kantor pajak untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar taat membayar pajak. Waktu itu, hadir Sissy Pricilia, Rifat Sungkar, Roy Marten, Elly Sugigi, Anto Hoed, Mansyur S, Vanesha Prescilla, dan juga YouTuber Angga Chandra.
Teman-teman public figure yang hadir ini sudah membayar pajak. Kami yakin pesan atau ajakan membayar pajak yang mereka sampaikan akan bergema dan lebih terasa ke warga masyarakat.